Presiden Joko Widodo mencopot Anies Baswedan dari jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Rabu (27/7/2016) lalu. Anies dicopot bersama tujuh menteri Kabinet Kerja lainnya.
Pencopotan Anies ini kemudian mengundang reaksi netizen. Dari delapan menteri yang dicopot, pencopotan Anies-lah yang paling dipertanyakan, mengapa Anies diganti?
Kepada Kompas.com di kediamannya di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis (28/7/2016), Anies tidak banyak berkomentar soal spekulasi alasan mengapa Presiden mencopot dirinya.
Namun, dengan tegas ia menampik jikalau pencopotan disebut-sebut karena kementeriannya tidak mempunyai prestasi alias kinerja yang baik.
"Jadi ini bukan karena kinerja saja, tetapi mungkin ada kepentingan lain yang harus diakomodasi, mungkin ya. Ada keperluan lain yang mengharuskan ada orang berbeda di daerah saya dahulu. Saya percaya apa yang dilakukan Presiden untuk memastikan pemerintahan berjalan baik," ujar Anies.
Ia menegaskan, kementeriannya telah mencapai hasil yang baik, meski diakui memang masih ada kekurangannya.
Lantas, apa saja prestasi Anies dalam mengembangkan dunia pendidikan tanah air semasa menjadi menteri?
Dari KIP hingga Gerakan Antar Anak Sekolah
Pertama, distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP). Meski diakui sempat tertahan pendistribusiannya, Anies menyebutkan, distribusi KIP tahun 2015 dan 2016 kepada penerima didik terbilang sukses.
"Tahun kemudian (2015), sasaran penerima didik yang mendapatkan KIP itu ada 17,9 juta. Namun kami berhasil membagikan 19,1 juta anak. Sementara tahun ini, sasaran distribusinya sama dan sudah didistribusikan 93 persen," ujar Anies.
Adapun, keterlambatan distribusi KIP sempat terjadi di awal. Hal itu karena Kemendikbud mesti menunggu data jumlah penerima didik yang berhak mendapatkan KIP dari Badan Pusat Statistik (BPS).
"Di awal, Presiden memang sempat tanya, kenapa KIP enggak jalan, saya bilang nunggu data BPS. Namun begitu data BPS ada, kami eksklusif bergerak, bahkan melampaui sasaran di tahun lalu," ujar Anies.
Kedua, terkait masa orientasi siswa (MOS). Sebelumnya, MOS di setiap sekolah dijadikan ajang perpeloncoan penerima didik. Di sela itu, kerap muncul agresi kekerasan. Pemerintah pun cenderung membiarkan hal itu terjadi.
Begitu Anies menjabat sebagai Mendikbud, ia 'galak' kepada sekolah yang masih menerapkan MOS. Ia menerbitkan surat edaran ke seluruh sekolah untuk mengantisipasi perpeloncoan itu.
Anies juga membuat laman khusus sebagai sarana melapor bagi orang bau tanah yang anaknya menjadi korban perpeloncoan. Hasilnya, berdasarkan Anies, maksimal.
"Tahun ini nol yang meninggal dunia selama hari-hari pertama tahun aliran baru. MOS dihapus, kekerasan dihapus juga. Kalau perpeloncoannya masih ialah satu dua yang melapor, tapi sudah enggak kelihatan lagi anak sekolah itu kayak badut. Revolusi mental itu jalan," ujar Anies.
Ketiga, membuat sekolah aman. Anies menyampaikan bahwa sebelumnya kekerasan di sekolah bukan dianggap duduk kasus pendidikan. Penyelesaiannya pun sepotong-sepotong dan eksklusif masuk ke ranah aturan tanpa mempertimbangkan usia pelaku.
Namun, sejak menjadi Mendikbud, Anies menegaskan bahwa negara harus hadir, bahkan hingga ke acara penerima didik sehari-hari. Contohnya, mengimbau sekolah membentuk satgas pengamanan sekaligus melibatkan banyak pihak untuk mengantisipasi kekerasan di sekolah.
Keempat, yakni pembenahan seleksi terbuka pejabat di Kemendikbud. Jika sebelumnya proses penentuan pejabat eselon berlangsung tertutup, Anies mengubahnya menjadi terbuka.
Pemilihan pejabat eselon I pun didasarkan pada syarat karier yang terbukti telah bekerja baik dan mempunyai integritas.
Kelima, yang baru-baru ini terjadi, yakni mengimbau para orangtua mengantas anaknya sekolah pada tahun aliran baru.
"Kemarin, itu menjadi gerakan nasional. Semuanya menjadi sadar betapa pentingnya meluangkan waktu untuk mengantar anak sekolah. Orang bau tanah sanggup berinteraksi dengan guru dan sebagainya," ujar Anies.
Selain itu, ada pula program-program lain yang juga dinilai Anies mempunyai tingkat keberhasilan cukup tinggi antara lain penerapan kurikulum terbaru, mengembangkan guru berkualitas, hingga reformasi ujian nasional.
Program tidak selesai
Ada satu acara yang berdasarkan Anies masih berjalan dan tidak sempat diselesaikannya, yakni perencanaan kurikulum bagi sekolah kejuruan. "Intinya ialah anak magang itu mempunyai kurikulum dan bukan hanya sekedar ada di kantor untuk disuruh-suruh tak terang saja," ujar Anies.
Ia mencontohkan, seorang anak magang di perusahaan media massa. Jika kurikulum sekolah kejuruan itu sudah rampung, penerima didik sudah mempunyai standard kerja sebagai pegawai magang di perusahaan media."Misalnya dia magang di Kompas. Lalu apa saja sih yang harus dikerjakan anak itu? Misalnya ini, ini, ini. Inilah yang sedang kami susun untuk disepakati asosiasi perusahaan juga," ujar Anies.
Penyusunan itu belum rampung karena Kemendikbud harus mengakomodasi lebih dari 400 profesi.
Tidak "keluar stadion"
Dari segala pencapaian yang diraih Anies selama 20 bulan menjabat Mendikbud, ia yakin pencopotan dirinya bukanlah disebabkan karena kinerjanya yang buruk. Sebab jikalau soal kinerja, Anies menyampaikan bahwa ada 34 menteri di Kabinet Kerja yang mempunyai pencapaian masing-masing. "Sederhana saja, kalau soal kinerja, kabinet itu ada 34 orang," ujar Anies sembari tersenyum.
Ia tidak melanjutkan kalimatnya. Lebih dari itu, Anies menganggap sebuah pemerintahan itu menyerupai permainan sepak bola.
Ada instruktur yang mengatur dan ada pemain yang menuruti kata pelatih. Ketika sang instruktur membangkucadangkan salah satu pemain, keputusan itu harus diterima.
Atas prinsipnya itu, ia tidak kecewa terhadap pencopotan dirinya. Ia pun tidak akan murka dan 'keluar stadion' atas keputusan itu. "Enggak akan. Bukan hanya enggak akan keluar stadion, saya enggak akan keluar dari tim ini. Saya cool saja," ujar Anies.
Anies Baswedan memuji latar belakang penggantinya, Muhadjir Effendy. Sosok Muhadjir dikenal sebagai sosok pendidik jago dan berkarakter. Ia yakin jikalau diberikan waktu yang cukup, Muhadjir akan melanjutkan program-program yang telah dimulainya.
"Berikanlah waktu dengan mendukung dan memperlihatkan opini yang obyektif kepada beliau. Jangan gres tiba sudah eksklusif dinilai. Pak Muhadjir ini punya track record dan bukan orang gres di dunia pendidikan," ujar Anies. (Sumber: kompas.com)